Two Side of Yacko
Di negara asalnya, musik hiphop menjadi media ekspresi bagi kaum kulit hitam. Di Indonesia, musik Hiphop menjadi salah satu pilihan seorang Yacko.
Malam kian menjelang kala sejumlah anak muda mulai memenuhi sebuah café di bilangan jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta. Malam itu sebuah party bertajuk Sunday Noise digelar. Memang, terdengar asing bila mendengar sebuah party digelar di hari Minggu malam, yang bagi kalangan partygoers bukan waktu yang tepat.
Tidak demikian halnya dengan mereka yang semangat untuk datang ke acara tersebut sejak sore hari. Nyaris setiap pengunjung bergaya khas: T-Shirt ukuran besar dan jeans gombrong yang nampak seperti kedodoran layaknya memakai size dua nomor lebih besar. Tak ketinggalan, sebagai aksesoris sepatu sneakers dengan warna menyolok, topi yang dimiringkan condong sekitar 45 derajat dan kalung rantai berbahan metal dengan mata kalung besar yang menyolok dan berkilauan. Sebagian yang lainnya tampil bergaya gangsta dengan kaos berpenutup kepala dan memakai slayer di kepalanya.
Inilah style bagi penggemar black music yang sebagian besar tergabung dalam komunitas dalam HipHop Indo. Dan malam itu tampil sejumlah musisi Hiphop lokal seperti Soul ID, Freesouls, termasuk rapper kawakan Indonesia, Iwa K. Diantara para guest star yang tampil, terdapat satu-satunya female rapper yang mampu menarik perhatian penonton. Selain enerjik, kolaborasinya bersama dengan seorang penyanyi wanita beraliran jazz malam itu seolah memberi warna baru pada musik hiphop itu sendiri.
Wanita yang tubuhnya dihiasi tato dan piercing itu adalah Yacko. Boleh dibilang saat ini ia dikenal sebagai Indonesian female rapper. Pasca Denada beralih ke musik dangdut, boleh dibilang posisi tersebut kini diisi oleh Yacko. Meski demikian bukan berarti Yacko adalah pendatang baru. Karir profesionalnya sebagai rapper telah dimulai sejak 12 tahun lalu. Lagunya berjudul Nongkrong termasuk dalam album kompilasi Pesta Rap 2. Dari situlah awalnya wanita kelahiran Surabaya, 10 Oktober 1979 ini mengenal musisi hiphop lainnya. Pada tahun 2002, Yacko diajak untuk berkolaborasi dengan Iwa K dalam album berjudul Vini Vidi Vungky, dimana ia ikut menyumbang lagu berjudul Apa Seeh?
Sayang, belum sempat terdengar namanya, Yacko terbang ke Australia untuk melanjutkan pendidikan. Namun disana ia tidak meninggalkan musik hiphop sama sekali. Ia semakin mengasah bakatnya disana. Bahkan ia mendapat juara pertama dalam sebuah kompetisi rapper di Sydney.
Usai meraih Master of Business Administration di Wolongong University dan Diploma of Applied Science di Sydney University, Yacko kembali ke Indonesia. Ia langsung menggebrak dunia musik Indonesia lewat album perdana Refleksi yang dibuatnya di Australia tahun 2005. Ternyata, selain disibukkan oleh job panggung, setiap hari ia juga aktif sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi swasta. Ia mengajarkan mata kuliah Marketing Manajemen, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Hubungan Masyarakat.
Awal tahun ini lewat album kedua, Mendua, yang dirilis secara indie, Yacko semakin memantapkan eksistensinya di jalur musik Hiphop. Bagaimana Yacko menjalani dua identitasnya? Berikut obrolannya dengan ME usai tampil di acara Sunday Noise.
Rentang waktunya cukup lama antara album perdana dan album kedua. Apa kesibukan Anda selama ini sangat padat?
Ya lumayan lama, sekitar dua setengah tahun. Proses resign saya dengan pihak major label yang cukup lama, dan double identity yang saya miliki ini ternyata cukup menyita waktu hahaha... Album terbaru masih berisi musik Hiphop, R n' B dan Soul, dimana idenya berasal dari kehidupan sehari-hari. Bisa dari pengalaman saya atau teman-teman. Not only about love and sex, malah lebih banyak tentang sosial dan keseharian.
Hiphop dikenal sebagai media ekspresi masyarakat kulit hitam? Mengapa tertarik di jalur musik ini?
Awalnya saya mengenal hiphop pada usia 13 tahun ketika masih duduk di SMP. Saya merasa lebih enak mengekspresikan segala sesuatu yang ada di kepala lewat hiphop. Kalau pop itu terbatas, dalam empat bar itu mungkin hanya satu kalimat saja. Sementara Hiphop sarat pesan. Saya bisa bikin lirik mengalir begitu saja dengan musik ini. Walau tidak ingin bersifat menggurui, tapi berdasarkan pengalaman yang saya alami. Terkadang, saya juga ingin mengajak orang berpikir positif.
Jadi hiphop sudah jadi your way of life?
Kalau jadi jalan hidup, it's pretty hard ya. Pelantun hiphop rata-rata disana berasal dari golongan masyarakat kelas bawah. Dari ghetto sampai menengah, Hiphop sudah menjadi bagian dari mereka. Honestly, saya bukan berasal dari kaum seperti itu. Saya berasal dari keluarga yang mapan hingga saya bisa melanjutkan pendidikan di luar negeri. Tapi saya memproduksi album saya dari hasil keringat saya. Bagi saya, Hiphop is inside my blood, I love the music and the way I struggle to get all of this.
Ada yang bilang kalau rapper belum tentu bisa menyanyi dengan baik, Anda sepakat dengan pernyataan tersebut?
Ya memang rata-rata belum tentu. Sebaliknya sama saja seperti penyanyi belum tentu bisa nge-rap. Tapi mereka rata-rata berangkat dari penyanyi choir gereja. Trully, I'm not really good at singing. Tapi saya masih bisa menyanyi paling tidak melodinya tidak fals. Tapi semua aransemen, melodi, dan lirik di album terakhir merupakan karya saya.
Tampaknya Anda merupakan satu-satunya female rapper yang paling menonjol saat ini?
Tidak. Selain saya, saat ini ada beberapa female rapper, tapi mungkin mereka belum percaya diri untuk membuat album sendiri atau mereka tergabung dalam sebuah grup. Mungkin akhir tahun ini saya juga punya rencana untuk bikin kompilasi female rapper.
Anda merasa diuntungkan dengan kepindahan Denada dari hiphop ke dangdut ?
Tidak juga. Sejak dulu saya sudah kenal dengan Denada dari awal, dan saya mulai lebih dulu dibanding dia. Tapi menurut saya kompetisi itu bagus, karena memacu kita untuk jadi lebih baik lagi. Mengapa dia pindah haluan, karena dia mengaku bahwa dia adalah seorang entertainer. Jadi ia berusaha ingin mencoba segala hal yang dia bisa lakukan. Kalau saya lebih menekankan pada eksistensi dan konsistensi. Saya ingin tetap survive di jalur ini, meski sebagian orang menganggap aliran ini tidak bisa menghasilkan banyak uang. Maka dari itu saya harus mendukungnya lewat bidang lain.
Jadi, Anda mencari pendukung di bidang lain dengan menjadi dosen. Tapi mengapa memilih menjadi dosen?
Ya ini memang dua hal yang berbeda. Actually, it's keep me balance. Saya seorang libra, dan saya coba membuat hidup menjadi seimbang. Dari dulu saya coba melakukan dua hal yang berbeda. Di dunia musik hiphop saya berusaha menghibur orang banyak. Di dunia pendidikan, saya ingin membagi ilmu kepada orang banyak. Nah, saya hidup dengan dua pilihan ini membuat saya tetap seimbang dan merasa masih menjejak tanah. Kebanyakan musisi-musisi yang sudah terkenal seringkali lupa.
Mengapa tidak mengaplikasikan ilmu yang telah Anda miliki ?
Saya suka belajar, and I love challenge. Dengan menjadi dosen saya dituntut untuk menambah wawasan tidak hanya cukup sampai disini tapi harus lebih pintar dari mahasiswa serta mampu memotivasi mereka.
Tapi kala mengajar Anda menampilkan piercing dan tato?
Kalau mengajar kan penampilan saya formal. Tapi piercing di mulut tetap kelihatan. Bagi saya, piercing dan tato di tubuh bukanlah sebuah trend. Setiap gambar dan piercing itu bagi saya memiliki arti tertentu. Setiap tato dan piercing ini melambangkan setiap objektif dari hidup ini yang telah saya capai. Misalnya, saya sudah selesai kuliah, selesai album pertama, dsb. Keduanya merupakan sebuah komitmen dan keputusan yang sangat besar. (Dalam blog-nya, dikabarkan Yacko baru saja menambah tato baru di lengan kanannya, yang bertuliskan nama sang ibu, Renee). Awalnya saya sempat pakai wig, karena waktu itu rambut saya dicat pirang. Tapi saya tidak mau kompromi soal piercing, kalau mau silakan kirim saya ke Sydney untuk mencopot tindikan yang ada. Akhirnya mereka mengalah, dan menerima saya.
Menurut seorang psikolog, di balik tato dan piercing, orang yang melakukannya sebenarnya menyimpan "penderitaan" lain yang dialihkan dengan rasa sakit saat ditato atau piercing?
Hahaha..saya tidak tahu. Satu sisi Anda menderita tetapi orang lain merasa senang. Terus terang saya tidak ada figur seorang ayah. Dari kecil saya tidak punya figur ayah. Mungkin itu "penderitaan" yang saya alami. Itu lebih baik buat saya daripada dulunya ada lalu hilang. Itu lebih menyakitkan lagi. Di lain pihak, ibu saya juga membesarkan saya dengan keras hingga saya akhirnya bisa mandiri. Itu mungkin yang dimaksud, but nobody knows.
Jadi, kalau harus memilih salah satu, mana yang akan ditinggalkan?
Wah kayaknya tidak bisa kalau disuruh memilih. Saya pilih keduanya. Meski begitu, bila suatu saat saya tidak mengajar, maka saya akan memilih sesuatu yang bisa menghasilkan uang. Memang sulit untuk mengandalkan materi bila bergantung pada musik semata, that's a reality. Jadi saya harus mendukung musik dengan aktifitas lain.
Lalu, masih punya obsesi apa lagi yang belum tercapai?
Selain lebih mengeksplorasi musik, saya juga ingin berusaha untuk mengangkat nama orang lain. Saya ingin memproduksi kompilasi female rapper.
Bagaimana pria di sekitar Anda menilai Anda?
Keras, kepala batu, egois, dan kalau ada maunya saya harus mendapatkannya.
Anyway, Anda merasa seksi dengan tato dan piercing yang Anda pakai ?
No...absolutely not. My brain is sexy hahaha ...
Profil :
Nama : Yacko
Tempat/ Tgl lahir : Surabaya, 10 Oktober 1979
Tinggi / berat : 165 cm / 52 kg
Album : 1996 Pesta Rap 2, single : Nongkrong
2002 Iwa K - Vini Vidi Vungky, single : Apa seeh?
2005 Refleksi
2008 Mendua
Credit :
Teks by :Ade Irwan Trisnadi
Photographer : M.I.Mappasenge
Wardrobe : Personal
Make Up : Yanthie Tiger (0818-411 521)
Quote :
"Hiphop is inside my blood, I love the music and the way I struggle to get all of this"
"Saya lebih menekankan pada eksistensi dan konsistensi. Saya ingin tetap survive di jalur ini, meski sebagian orang menganggap aliran ini tidak bisa menghasilkan banyak uang"
"Saya berusaha menghibur orang banyak lewat musik Hiphop. Di dunia pendidikan, saya ingin membagi ilmu kepada orang banyak"
"Setiap tato dan piercing ini melambangkan setiap objektif dari hidup ini yang telah saya capai"
No comments:
Post a Comment